
Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan sepak bola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau papan.
Dipondok Pesantren Darul Hidayah acara Olahraga Futsal menjadi agenda mingguan yang sering dilaksanakan para santri laki-laki pondok pesantren darul hidayah. Acara ini diagendakan karena mayoritas santri laki-laki pondok pesantren darul hidayah sangat senang dengan permainan ini, selain itu acara ini juga diagendakan dalam rangka mempererat tali silaturahmi antar sesama santri pondok pesantren darul hidayah, acara ini biasaya dilaksanakan pada pagi hari minggu selama 2 jam saja disetiap mainnya.
Baca Selengkapnya

Ponpes Darul Hidayah Bandung Gelar Cukur Rambut Gratis Setiap Jumat
Bandung – Dalam upaya melaksanakan salah satu fungsi pesantren yaitu pemberdayaan masyarakat, Pondok Pesantren Darul Hidayah Bandung menginisiasi program cukur rambut gratis setiap hari Jumat. Kegiatan ini terbuka untuk seluruh santri dan masyarakat umum yang ingin merapikan rambutnya di halaman pondok pesantren.
kegiatan ini merupakan rangkaian acara dari jumat berkah yang di adakan oleh pengurus untuk memuliakan hari jumat, selain itu untuk melaksanakan salah satu sunah di hari jumat yaitu mencukur rambut.
Ust.Apid Saepudin yang merupakan alumni santri Ponpes Darul Hidayah yang ahli dalam bidang mencukur dan tata rambut menjadi garda terdepan dalam kegiatan program ini.
kami ucapkan jazakallah ahsanal jaza kepada semua pihak yang telah berpartisipasi sehingga program ini bisa berjalan lancar, selanjutnya kami juga mengajak kepada warga masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam melaksanakan program jumat berkah ini melalui rekening BCA Syariah dengan nomor 035-514-065-8
an Yayasan Pesantren Terpadu Darul Hidayah.
Baca Selengkapnya

Kerja bakti merupakan salah satu agenda kegiatan santri di Ponpes Darul Hidayah diawal pekan. Seluruh santri - santriah dikumpulkan dan ditugaskankan untuk bekerja bakti membersihkan lingkungan pesantren. Agar memudahkan kerja bakti, bagian K3 (Keamanan Kebersihan dan Kesehatan) membagi tugas kepada tiap santri untuk membersihkan dan merapikan tempat- tempat yang telah ditentukan agar pekerjaan bisa cepat diselesaikan, sebagian santri ada yang bertugas membersihkan masjid, sebagian lagi ada yang bertugas membersihkan kelas, membersihkan wc dan lain-lainya. Sedangkan sebagian santri putri ponpes darul hidayah juga ada pula yang ditugaskan untuk meyiapkan makanan dan minuman/konsumsi untuk para santri yang bekerja, juga ada pula santri putri yang ditugaskan untuk memasak untuk para santri yang bekerja, karena selepas acara kerja bakti ini ada acara makan bersama para santri atau dalam istilah sunda disebut BOTRAM.
Kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan seminggu sekali. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah guna meningkatkan kesadaran santri dalam menjaga kesehatan dan kebersihan juga guna menumbuhkembangkan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap pesantren agar tetap terlihat bersih dan indah.
Baca Selengkapnya

Ekstrakulikuler ini paling diminati oleh santri Ponpes Darul Hidayah yang ingin menjalankan salah satu cabang olah raga yang menjadi bagian dari Sunnah Rosul. Ekstrakulikuler ini diikuti oleh seluruh santri dan dilaksanakan setiap 1 pekan sekali. Menurut Ketua Desannya sendiri Ustadz Kris Wahyu "dipertimbangkannya kegiatan memanah sebagai salah satu bentuk memperkenalkan kegiatan yang termasuk kedalam salah satu olah raga yang disunahkan oleh Rasul Muhammad SAW"
Melalui kegiatan ekstrakulikuler ini mengajak santri lebih mencintai Rasul. Selain itu, tentu saja kegiatan ini bertujuan untuk mewadahi minat dan bakat para santri. Melalui kegiatan memanah dan berkuda para santri tidak hanya memperoleh latihan secara fisik tapi juga mendapatkan pelatihan daya konsentrasi mereka. Hal tersebut tidak hanya berguna dalam memanah saja tapi bisa juga meningkatkan daya konsentrasi mereka dalam belajar.
Baca Selengkapnya

Baca Selengkapnya

Program Tahajud berjamaah yang digelar santri Mukim Ponpes Darul Hidayah di mulai dari pukul 03.00 WIB di dalam masjid merupakan program rutin harian para santri mukim ponpes darul hidayah selepas bangun dari tidur para santri langsung mengambil air wudhu dan berkumpul didalam masjid untuk melaksanakan shalat tahajud yang dilakukan secara berjamaah.
Baca Selengkapnya

Baca Selengkapnya

Atas anjuran kedua orang tuanya maka RA. Memed melanjutkan pendidikan di Pesantren Cidewa yang kemudian melanjutkan pendidikan Pesantrennya ke Gunung Nangka Tasikmalaya untuk belajar Qira'at selama satu tahun yang diteruskan kepesantren Utama Ciamis pada tahun 1934 -1937 untuk belajar ilmu Nahwu, Fiqih, tauhid dan lain-lain selama tiga tahun. Merasa kurang dalam pengetahuan agamanya maka KH.RA Memed memperdalam ilmu agamanya dipesantren Sukamanah Singaparna yang merupakan pesantren modern di Jawa Barat kala itu, yang dipimpin oleh KH. Zaenal Mustofa yang terkenal dengan perjuangannya melawan kaum penjajah Jepang.
Selama di Pesantren Sukamanah selain menuntut ilmu KH. RA Memed juga dipercaya untuk mengajar para santri-santrinya bersama dengan K.E. Ambar Muksin. Dan sekitar pada tahun 1939 Hadrotusysyekh KH. Hasyim Asy'ari yang merupakan pimpinan pondok pesantren Tebuireng juga selaku pendiri NU (Nahdhatul Ulama) meminta kepada tiap-tiap wilayah mengirimkan utusannya untuk mengikuti pendidikan Mu'alimin (syarat pendidikan bagi santri yang akan terjun ke masyarakat). Dan untuk wilayah propinsi Jawa barat dipercayakan kepada Pesantren Sukamanah Singaparna Tasikmalaya yang dipimpin oleh KH. Zaenal Mustofa, yang selanjutnya beliau mengutus 7 santri pilihan untuk mengikuti pendidikan tersebut.
KH.RA Memed merupakan salah satu dari 7 orang yang dipilh untuk mewakili Pesantren Sukamanah untuk dikirirn ke Pesantren Tebuireng atas permintaan Hadrotusysyekh KH. Hasyim Asy'ari yang merupakan kakek dari KH. Abdurahman Wahid (Gus dur) mantan Presiden Indonesia yang ke 4. Dengan restu dari kedua orang tuanya maka berangkatlah KHRA. Memed ke Pesantren Tebuireng untuk menamatkan pendidikan Mu'alimin yang dijadwalkan akan berlangsung lama tetapi hanya berlangsung 3 bulan. Kemudian beliau mendapat musyahadah ijazah dari Hadrotusysyekh KH. Hasyim Asy'ari.Setelah mengikuti pendidikan tersebut KHRA Memed semakin kuat jiwa dan mental serta keimanan dan ketaqwaannya.
Pada masa-masa revolusi kemerdekaan KHRA Memed dengan diiringi do'a dari Hadrotusysyekh KH. Hasyim Asy'ari ia pun dilepas pulang ke ke Sindang Jaya Ciamis. Di tanah kelahirannya ini KHRA Memed diserahi amanah oleh ayahnya untuk meneruskan pondok pesantren. Selama memimpin pesantren Sindang Jaya KH.RA Memed sering mendapatkan gangguan dari para pemberontak, sampai-sampai beberapa fasilitas pesantren Sindang Jaya pernah dibakar 2 kali.
Pada saat memimpin pesantren yang diserahi ayahnya, jiwa KHRA Memed terpanggil untuk ikut kedalam kancah perjuangan membela negara mengusir penjajah. Pada tahun 45an, beberapa bulan setelah beliau memimpin pesantren, beliau ditunjuk sebagai pimpinan Hizbullah dan Fisabilillah se-Ciamis. Sebagai pejuang dan pemimpin KHRA Memed sudah beberapa kali ditangkap Belanda dan keluar masuk penjara, sampai-sampai beliau bercerita pernah dipenjara di WC yang hanya berukuran I x 1/2 meter diisi oleh enam orang sehingga kalau mau tidur harus sambil berdiri. Namun itu semua tidak menyurutkannya untuk tetap berjuang membela negara kita ini.
Pada saat meletus pemberontakan DI/TII KHRA Memed diserahi jabatan yang amat berat, yaitu beliau ditugasi untuk menduduki badan pemulihan yang tugasnya untuk menerima dan menyadarkan kembali orang-orang yang ikut menjadi pemberontak, yang wilayah tugasnya meliputi daerah Garut, Tasikmalaya dan Ciamis.
Untuk menghindari gangguan dari para pemberontakan yang saat itu sering terjadi, kira-kira pada tahun 50an, beliau pergi ke Bandung untuk menghidupi keluarganya,. Sebagai langkah awal usahanya, beliau menjadi pengemudi trayek Bandung - Cililin. Kemudian beliau menjadi Wiraswasta dengan membuka toko klontong yang memperjual belikan barang-barang kebutuhan pokok seperti beras, minyak, gula dan lain-lain yang diperuntukkan untuk masyarakat Cibangkong dan sekitarnya. Disamping itu beliau juga memiliki beberapa unit beca.
Sebagai usahawan dalam penampilan, KH.RA Memed tidak beda dengan masyarakat lainnya, sehingga tidak ada yang tau kalau sebenarnya ia itu ahli Agama, "maranehna teu nyahoeun lamun bapa teh beuki agama" (mereka tidak ada yang tahu kalau saya bisa agama). ujarnya. Bermula dari kosongnya khotib jum'at dimesjid Kecamatan Gumuruh (Cibangkong), beliau memberanikan diri untuk menjadi khotib Jum'at dengan pakaian yang seadanya (bubudugulan) daripada jum'atan bubar, begitulah yang ada dalam benaknya waktu itu.
Ilmu itu cahaya dan cahaya itu terang. inilah yang terjadi dengan KH.RA Memed dari sanalah masyarakat tahu kalau seorang bandar beca itu sebenarnya seorang Ulama. Dengan keteguhan hati, beliau akhirnya banting setir dari usahawan menjadi Penyebar agama (Ajengan). Kemudian di tempat tinggalnya yang dulu di Jalan Cikudapateuh Kolot (kala itu disebut STS atau Santosa), beliau mengadakan pengajian bagi masyarakat disekitarnya. Karena keterbatasan tempat dan semakin banyaknya animo masyarakat yang ingin mengikuti pengajian, maka tempat pengajian dipindahkan ke mesjid.
Fasilitas yang terbatas telah membuatnya berpikir untuk mendirikan lembaga pendidikan dalam bentuk pesantren. Dukungan konkrit datang dari Mayor RA Syahdi yang juga alumni pesantren Tebuireng, Kiayi E.Ambari Muksin dan tokoh-tokoh masyarakat sekitarnya. Untuk merealisasikan gagasannya itu, dibentuklah panitia pembangunan pesantren, yang pada akhirnya setelah selesai beberapa kali mengalami pemugaran sampai yang seperti kita lihat sekarang ini.
Seiring dengan perjalanan waktu, beliau semakin dikenal sebagai Ajengan bukan hanya di wilayah Cibangkong tetapi juga ke wilayah lainnva. Dan mulai banyak yang mengundang beliau untuk memberikan pengajian rutin maupun ceramah, misalnya ke wilayah Buah Batu, Marga Cinta, Kacapiring dan lain-lain. Kemudian beliau ditunjuk menjadi Ketua Majelis Ulama Kecamatan Batununggal selama beberapa kali periode dan pengurus Majelis Ulama Kota Madya Bandung. Selain itu beliau juga dimintakan untuk memberikan pelajaran agama di beberapa perguruan tinggi, misalnya AAN Angkasa (tahun 1969-1970), ITB (tahun 1972) dan UNPAD (tahun 1972).
Baca Selengkapnya

Tetapi jika ditelusuri lebih jauh, tokoh babad alas Islam di Cirebon atau orang yang pertama kali membangun pondasi keislaman adalah Mbah Kuwu Sangkan (lahir sekitar 1423 masehi). Atas peran sentralnya itulah, Santri-Santriah Pondok Pesantren Darul Hidayah bergerak manziarahi kuburan Mbah Kuwu di daerah Cirebon Girang, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Senin (23/1/2017),
Acara ziarah kubur ini diadakan dalam rangka kecintaan kepada beliau atas jasa-jasanya dalam menyebarkan dan memperjuangkan agama islam, selain itu acara ini diadakan dalam rangka mengamalkan sunnah Nabi SAW, yang dimana Dalam sebuah hadis riwayat Muslim, Nabi SAW bersabda, "Aku pernah melarang kalian untuk ziarah kubur, maka sekarang kunjungilah karena hal itu dapat mengingatkan kalian pada akhirat
Acara ziarah kubur ini diisi dengan membaca ayat-ayat suci al-quran, dzikir dan doa, yang pahalanya dihadiahkan kepada beliau
Baca Selengkapnya
